Kepanikan, Gian dan Kunci Mobil

GianSmileSeperti biasanya, hari itu saya lewati dengan kegiatan rutin setelah jam kantor menjemput Gian anak saya dari daycare, kemudian mengajaknya pulang, waktu itu sore mendung tapi belumlah gelap. Ini adalah hari ke empat setelah mbak asisten pulang kampung, jadi biasanya kalau sampai rumah ada yang langsung buka pintu pagar kali ini saya harus turun dari mobil dengan membiarkan Gian di car seat-nya, sebelumnya saya buka jendela sehingga dia tidak panik karena merasa sendiri didalam mobil walau cuma sebentar, iya memang Gian sekarang sedang dalam fase agak suka lebay kalau merasa ditinggal, dengan tangisannya yang bisa berubah-ubah menjadi beberapa macam gaya tangisan dia bisa menciptakan suasana yang panik bagi orang tuanya, walau saya biasanya menyikapi dengan pura-pura tenang mengikuti saran-saran dari buku-buku parenting. Sampai saya membuka pintu pagar semua berjalan lancar tanpa hambatan, kemudian saya memarkir mobil, menutup semua jendela mobil dan mematikan mesin.

Hal pertama yang saya lakukan adalah membuka seat belt dari car seat nya Gian kemudian menurunkannya, tapi entah kenapa hari itu dia memaksa untuk tetap di dalam mobil, dia bergerak begitu gesit, turun dari kursinya dan berpindah ke kursi sebelah car seat, kursi baris dua, saya waktu itu membiarkan saja, karena saya pikir dia mungkin masih ingin menikmati suasana di dalam mobil, walau itu bukan kebiasaan dia kalau sampai dirumah, biasanya dia semangat turun dan menuju kotak mainannya, kali ini tidak.

Kemudian saya putuskan untuk menurunkan tas terlebih dahulu, pintu mobil saya buka sedikit ini bertujuan supaya kucing tidak ikut masuk ke dalam mobil dan tetap memberi udara untuk Gian yang masih duduk di dalam. Jarak dari pintu belakang mobil ke pintu masuk rumah sekitar dua langkah dan meja tempat menaruh barang ada dua langkah pula dari pintu, jadi total saya bolak balik itu ada delapan langkah, nah ketika langkah ke delapan artinya sudah balik lagi ke pintu mobil setelah menaruh tas, tiba-tiba pintu sudah tertutup dan Gian sudah berada di kursi bagian depan belakang stir, entah bagaimana caranya ini bocah bergerak begitu gesit sehingga sudah menutup pintu dan pindah lokasi? kemudian…klek! dia menyentuh central lock!!!

Iya, Gian terkunci sendirian didalam mobil!!!

Saya kemudian mencari-cari kunci dikantong celana, kanan, kiri belakang, kunci tak ada! Kemudian kantong baju tak ada pula, saya mulai panik, saya cari di kolong mobil siapa tahu tadi terjatuh, saya ambil senter saya cari lagi di sekitar bawah mobil, kunci tidak saya temukan, saya cari di sekitar meja menaruh tas tadi mungkin saja saya lupa tadi sempat menaruh disana berbarengan dengan menaruh tas, dan tidak ada juga, kemudian sekelebat pikiran, jangan-jangan kunci tertinggal didalam saat mengambil tas tadi, saya makin panik!!! kepanikan mulai mengalahkan pening dan rasa demam yang saya rasa dari siang waktu di kantor.

Saya lihat Gian di dalam dia sedang memainkan semua tombol di dashboard, mengambil uang receh dan sambil senyum-senyum senang, berbeda dengan bapaknya di luar mobil, muka pucat, napas ngosngosan, keringat mulai menetes, terasa gerah karena dari tadi siang memang saya memakai jaket karena demam, tapi kini menggigil karena demam itu berubah menjadi keringat dingin dan khawatir. Sesekali saya mencoba mengajak Gian komunikasi untuk membuka jendela dari dalam, saya tahu itu hal yang mustahil tapi tetap saya coba siapa tahu hari ini Gian melakukan hal ajaib bisa membuka central lock sebagaimana dia dengan ajaib menutupnya, tapi usaha saya sia-sia, Gian tetap asik dengan mainan tombol-tombol dengan sesekali melihat kearah saya dengan tersenyum.

Saya teringat film Baby Genius, mungkin saja anak bisa diajak komunikasi dengan cara lain, misalnya semacam telepati yang dipakai lewat sentuhan, saya juga mencobanya, saya tempelkan tangan saya ke kaca mobil dengan harapan Gian juga akan menempelkan tangannya kemudian akan terjadi komunikasi kosmik antara bapak anak, lalu saya bisa menyadari rahasia alam semesta dan proses penciptaan dari seorang bayi bernama Gede Gian Maheshvara, ya siapa tahu….Tapi sayang semua imajinasi itu buyar saat Gian hanya senyum-senyum penuh kejailan sambil memainkan stik kontrol wiper.

Bagaimana dengan kunci cadangan? Saya ingat setiap mobil itu pasti disertai oleh kunci cadangan dan sekelebat itu juga saya baru sadar kalau kunci cadangan dibawa oleh mamak-nya Gian, saya kian panik, saya kemudian menggunakan seluruh kemampuan saya untuk mencari bantuan, call a friend, karena kesempatan 50:50 sudah tidak ada lagi, yang saya hubungi adalah bapak RT, pak RT datang, setelah saya memberi penjelasan singkat beliau malah bilang, ” wah hati-hati jangan sampai rem tangannya terlepas “, saya makin panik, bener juga kata pak RT, kalau sampai-sampai rem tangannya dilepas oleh Gian mobil bisa meluncur menabrak bak sampak depan, duh, kepanikan kian bertambah dan pada saat itu entah dari mana datangnya seorang satpam tiba-tiba hadir membawa batu untuk mengganjal ban belakang, mungkin tadi sempat dihubungi pak RT, itu pikir saya, saya sudah tidak bisa lagi berpikir bagaimana kecepatan pak RT mengabari satpam sehingga satpam dengan kecepatan sedemikian rupa bisa tiba-tiba hadir dengan membawa batu.

Tiba-tiba Pak RT punya ide, bagaimana kalau dibuka paksa pakai kunci mobil beliau, saya tahu mobil pak RT itu Toyota sedang mobil saya Suzuki, tapi saya terima saja ide beliau, pada saat-saat seperti ini semua kemungkinan pantas untuk dicoba bukan? Walau akhirnya gagal juga. Tak terasa sudah ada sekitar 4-5 orang berkumpul di depan rumah berdiskusi dan memberikan pendapat bagaimana cara membuka pintu mobil, mungkin sudah seperti acara para lawyer yang berdebat tak habi-habis di TV itu. Ada yang memberi ide untuk membuka paksa pakai obeng, duh saya bilang nanti dulu pakai cara lain dulu, sambil saya melirik Gian yang masih asik-asik saja duduk dengan gaya juragan baru menang tender triliyunan dari proyek pemerintah, di kursi depan sebelah kiri.

Bagi saya membuka paksa itu semacam mereklamasi sebuah pantai dengan alasan membuat fungsi pantai bertambah tapi efek buruknya itu akan dirasakan selamanya oleh penduduk sekitar pantai, sedangkan yang mendapat untung hanyalah segelintr pengusaha yang mengaku investor.

Di tengah hiruk pikuk kepanikan dan semua ide-ide yang dibicarakan oleh warga yang datang, pandangan saya sudah agak tak jelas, telinga saya mulai melemah mendengar suara-suara mereka mungkin karena saya belum makan malam plus meriang dan demam, dalam hati saya harapannya cuma satu, menunggu mamak-nya Gian datang dari kantor, saya lihat Gian sudah mulai bosan dengan mainan tombol didalam mobil, mungkin juga dia sudah merasa kepanasan, saya semakin khawatir, saya memilih untuk duduk sebentar disebelah mobil, saya berusaha mengendalikan diri dari panik, demam, meriang, dan lapar, saya buka jaket yang sudah terasa basah keringat, daaan…klotak!…kunci mobil jatuh dari lepitan jaket!

Malam itu saya memutuskan untuk tidak menceritakan kejadian ini ke mamaknya Gian, biarlah dia tak tahu, itu pikir saya, karena kalau sampai tahu, bisa-bisa malam itu saya tidur di sofa dalam kondisi demam, menemani kucing-kucing dan nyamuk. Dan yang paling penting bisa hilang kesempatan untuk memeluknya dari belakang dan bilang ” yaang…kamu hebat”

*diceritakan kembali dengan sedikit ke-lebay-an dan tokoh tambahan.

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *