Jejak-jejak kebaikan

EqualityPerdebatan tentang agama bagi saya seharusnya sudah berakhir, ketika kita memandang seluruh makhluk berasal dari sumber yang sama, tapi akhir-akhir ini perdebatan tentang agama mulai semakin tajam didunia maya maupun dalam alam jaga kita.

Bagi saya kesimpulan saya sudah bulat bahwa agama apapun itu mengajarkan kebaikan, kejujuran, kedamaian dan mengajarkan tuntunan bagi penganutnya untuk mencapai tujuan penyatuan dengan Yang Maha Pencipta. Dalam setiap agama saya menemukan penganut yang taat, baik hati, mengamalkan dengan baik nilai-nilai keagamaanya dalam hidup bermasyarakat, disisi lain di SETIAP agama juga saya menemukan penganutnya yang kurang baik, ekstrimis, suka mencela agama orang lain, suka mempermasalahkan keagamaan orang, dan memaksakan kehendaknya, bersikan intoleran dan mengedepankan cara-cara provokasi dan perpecahan, ini saya temukan sekali lagi disetiap kelompok agama.

Dengan kata lain, Agama itu suci mulia, penganutnya tak serta merta demikian.

Saya temukan juga ada yang mengkritik agama orang sedemikian rupa untuk menjelekkanya hanya untuk membuktikan bahwa agamanya lebih baik, sebut sajalah agamamu lebih baik tapi apa gunanya jika hanya digunakan untuk menjelekkan pilihan orang lain, hanya untuk memprovokasi yang berujung pada kebencian?

Apakah nilai-nilai seperti ini yang akan kita tinggalkan pada jejak-jejak kehidupan kita?

Apakah cacian makian yang seperti itu yang akan kita perlihatkan kelak pada anak cucu kita ketika mereka bisa mengkases pernyataan-pernyataan kita terhadap agama lain? Mungkin saja kita berkelakar kelak kita bisa memberi penjelasan kenapa waktu itu kita memberi pernyataan itu, iya mungkin begitu yang kita pikirkan, tapi mau seberapa panjang dan lebar penjelasan kita hanya untuk membenarkan caci-maki? itupun jika umur masih sempat untuk memberi penjelasan?

Dari kenyataan dilapangan, seorang penganut meyakini bahwa agamanya yang paling sempurna, paling benar, tapi ingatlah bahwa orang lain juga menganggap agamanya sempurna dan benar, bukankah dalam setiap kesempurnaan dan kebenaran itu kita sedang berpijak di bumi yang sama, dibawah langit yang sama, menghirup udara yang sama?

Sudah banyak fakta didepan mata bahwa saling menjelekkan agama lain, perbedaan yang tidak disikapi dengan baik berakibat perang dan pertumpahan darah, yang merugikan kedua pihak.

Pengalaman mengajarkan saya bahwa melakukan hal-hal yang baik akan mengantar kita pada kebahagiaan, kepercayaan diri dan persahabatan, prilaku mulia akan melegakan dan melapangkan hati.

Pengalaman lain juga mengajarkan saya bahwa mendengki dan menyebar kebencian akan membebani pikiran, dan menyempitkan hati. Hati yang sempit tak akan pernah cukup untuk menumbuhkan kebahagiaan, karena dia butuh ruang hati yang luas.

Bagaimana jika energi sebesar itu yang untuk mengkritik agama orang lain kita gunakan untuk bahu membahu membangun peradaban, membangun kehidupan kearah yang lebih baik?

Bapak saya pernah berpesan: jadilah orang baik yang berprilaku mulia.

Dulu saya kurang begitu faham antara baik dan mulia, kini saya pelan-pelan mulai faham apa maksud pesan bapak saya itu.

Untuk mengakhiri tulisan ini saya setuju sekali dengan pandangan bahwa agama bertujuan untuk mengubah diri kearah yang lebih baik, bukan untuk mengkritik orang lain.

Mudah-mudahan kita bisa meniggalkan jejak kebaikan.

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *